Saturday, December 10, 2011

SUMBER BELAJAR DALAM KONTEKS MEDIA INSTRUKSIONAL EDUKATIF


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang Masalah                                       
Sumber belajar merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, seseorang dapat memanfaatkan sumber belajar. Hal ini sejalan dengan pengertian sumber belajar menurut Edgar Dale  dalam Sudjana dkk (2005), yaitu segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.
Sumber belajar sangat penting dalam
menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu, pemahaman tentang sumber belajar sangat diperlukan.
Fakta di lapangan yang ada saat ini tidak sedikit guru yang kurang memahami sumber belajar secara luas dan mendalam. Sumber belajar yang dimanfaatkan hanya sebatas bahan-bahan cetakan saja terutama  buku. Tidak jarang pula guru yang hanya mengandalkan pengetahuan siap yang ada pada dirinya tanpa berpikir apakah pengetahuan tersebut up to date atau tidak.
Akibat dari kebiasaan tersebut tidak sedikit siswa yang cenderung verbalisme, tahu nama tetapi tidak tahu benda atau hal apa yang dimaksud. Akibat yang lain, proses pembelajaran kurang interaktif karena guru hanya berperan menyampaikan ilmu siap pakai. Disamping itu, pengalaman secara langsung pada diri siswa kurang tergali.   
Jika dikaitkan dengan sistem pembelajaran, sumber belajar saling mempengaruhi dengan komponen yang lain, seperti tujuan, metode, media, dan evaluasi. Khusus untuk komponen media, fungsi media dalam proses pembelajaran tidak hanya sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Penggunaan media pembelajaran merupakan usaha untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang di atas, kami menyusun makalah dengan judul “Sumber Belajar dalam Konteks Media Instruksional Edukatif”.

1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Menganalisis kebutuhan media instruksional,
b. Menganalisis media instruksional dalam mencapai tujuan pembelajaran         

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu (Sudrajat, 2008).
Guru merupakan sumber belajar yang utama, yaitu dengan segala kemampuan, wawasan keilmuan, keterampilan dan pengetahuan yang luas, maka segala informasi pembelajaran dapat diperoleh dari guru tersebut. Siswa memiliki sejumlah variasi aktivitas belajar, pengalaman belajar, pengetahuan dan keterampilan, maka dalam konteks tertentu apa yang terdapat pada diri siswa apat dijadikan sebagai sumber belajar dalam mempelajari suatu pengalaman-pengalaman belajar yang baru.
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu: Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) dan Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization). Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Depdiknas, 2004).
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya (Depdiknas, 2004).
Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1) ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita; (4) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa (Depdiknas, 2004).
2.2 Pengertian Media Intruksional Edukatif
Kata media berasal dari kata Latin, merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian media. Menurut Association of Education and Communication Technology (AECT) yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2) media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran”. Sedangkan National Education Association (NEA) dalam Sidharta dan Winduono (2009) mengartikan media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) dalam http://www.media grafika.com yaitu : “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”. Selain itu menurut Bovee dalam http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/OudaTidaEna.doc bahwa media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan.
Sidharta dan Winduono (2009) juga menjelaskan bahwa media dalam arti umum diartikan sebagai sarana yang disebut channel, karena pada hakekatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu. Dengan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.
Sedangkan kata intruksional berasal dari kata instruction, yang  artinya pembelajaran. Heinich et al (1993) mengartikan media sebagai alat saluran komunikasi, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima  pesan (a receiver). Dalam hubungannya dengan pembelajaran, Heinich mengemukakan bahwa suatu media bisa dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan (messages) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Media pembelajaran didefinisikan sebagai setiap alat, baik hardware maupun software yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan yang tujuannya untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar (Sidharta dan Winduono, 2009).
Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting (Rumumpuk dalam Sidharta dan Winduono, 2009), yaitu pesan atau bahan pembelajaran yang akan disampaikan, dengan istilah lain disebut perangkat lunak (software), dan (2) perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar.
Makna edukatif  menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bersifat mendidik atau berkenaan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Jadi media pembelajaran edukatif adalah segala sesuatu yang dapat merangsang siswa untuk belajar sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa sesuai tujuan  menuju suatu pendewasaan.
Perkembangan media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi pendidikan. Berkembangnya paradigma atau kerangka berpikir dalam teknologi pendidikan mempengaruhi perkembangan media pembelajaran. Berikut uraian beberapa paradigma tersebut.
a.  Paradigma pertama, media pembelajaran sama dengan alat peraga audio visual yang dipakai oleh instruktur untuk melaksanakan tugasnya.
b.  Paradigma kedua, media dipandang sebagai sesuatu yang dikembangkan secara sistemik serta berpegang kepada kaidah komunikasi.
c.  Paradigma ketiga, media dipandang sebagai bagian integral dalam sistem pembelajaran dan karena itu menghendaki adanya perubahan pada komponen-komponen lain dalam proses pembelajaran.
d.   Paradigma keempat, media pembelajaran lebih dipandang sebagai salah satu sumber yang dengan sengaja dan bertujuan dikembangkan dan atau dimanfaatkan untuk keperluan belajar (Susilana dan Riyana, 2009).
Kita sekarang berada dalam suatu era teknologi informasi yang ditandai dengan tersedianya informasi yang makin banyak dan bervariasi. Tersebarnya informasi yang semakin meluas dan seketika serta tersaji dalam berbagai bentuk dalam waktu yang singkat telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Dengan demikian, media dalam kegiatan pembelajaran, tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau  pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis Kebutuhan Media Instruksional
Media merupakan salah satu komponen utama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, sudah seharusnya dalam proses pembelajaran guru menggunakan media. Karena media sangat dibutuhkan, maka proses pemilihan media menjadi penting. Hal ini disebabkan kedudukan media yang strategis untuk keberhasilan pembelajaran.
a. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media
Dalam pemilihan media, didasarkan pada dua alasan, yaitu: 1) alasan teoretis dan 2) alasan praktis.
1) Alasan Teoretis
Alasan pokok pemilihan media dalam pembelajaran, karena didasari atas konsep pembelajaran sebagai sebuah sistem yang di dalamnya terdapat suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Misalnya prosedur pengembangan desain instruksional diawali dengan perumusan tujuan instruksional, kemudian dilanjutkan dengan penentuan materi pembelajaran serta menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Upaya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran ditunjang oleh media yang sesuai dengan materi, strategi, dan karakteristik siswa. Untuk mengetahui hasil belajar, maka guru menentukan evaluasi.
Mekanisme tersebut jelas menunjukkan pendekatan sistem dalam pembelajaran dengan pengertian bahwa setiap komponen dalam pembelajaran saling berkaitan, saling berinteraksi, saling berhubungan dan saling ketergantungan. Uraian tersebut juga menggambarkan bagaimana kedudukan media dalam pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sistem pembelajaran. Penggunaan media akan meningkatkan kebermaknaan (meaningfull learning) hasil belajar. Dengan demikian pemilihan media menjadi penting artinya dan hal ini menjadi alasan teoretis mendasar dalam pemilihan media.
2)   Alasan Praktis
Alasan praktis berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan si pengguna seperti guru, dosen, instruktur dalam menggunakan media dalam pembelajaran. Terdapat beberapa penyebab orang memilih media, antara lain dijelaskan oleh Sadiman dalam Susilana (2009) sebagai berikut.
a.  Demonstration.
Dalam hal ini media dapat di gunakan sebagai alat untuk mendemonstrasikan sebuah konsep, alat, objek, kegunaan, cara mengoperasikan dan lain-lain. Media berfungsi sebagai alat peraga pembelajaran.
b.   Familiarity
Pengguna media pembelajaran memiliki alasan pribadi mengapa ia menggunakan media, yaitu karena sudah terbiasa menggunakan media tersebut, merasa sudah menguasai media tersebut, jika menggunakan media lain belum tentu bisa dan untuk mempelajarinya membutuhkan waktu, tenaga dan biaya, sehingga merasa terus menerus ia menggunakan media yang sama.
c.   Clarity
Alasan ketiga ini mengapa guru menggunakan media adalah untuk lebih memperjelas pesan pembelajaran dan memberikan penjelasan yang lebih kongkrit.
d.  Active learning
Media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukan oleh guru. Salah satu aspek yang harus diupayakan oleh guru dalam pembelajaran adalah siswa harus berperan secara aktif baik secara fisik, mental dan emosional. 
b. Kriteria Pemilihan Media
Dalam kriteria pemilihan media terbagi atas kriteria umum dan kriteria khusus.
1)  Kriteria Umum Pemilihan Media
(a) Kesesuaian dengan tujuan (instructional goals. Misalnya dalam KTSP kriteria pemilihan media didasarkan  atas SK, KD, dan indikator.
(b) Kesesuaian dengan materi pembelajaran (instructional  Content). Media disesuaikan dengan bahan apa yang akan diajarkan dan kedalamanya. 
(c)  Kesesuaian dengan karakteristik siswa. Pemilihan media harus melihat kondisi siswa secara fisik terutama keberfungsian alat indra yang dimikikinya. Selain itu, aspek kemampuan awal siswa, budaya, maupun kebiasaan siswa harus diperhatikan.
(d) Kesesuaian dengan teori. Pemilihan media didasarkan atas teori yang diangkat dari penelitian sehingga teruji validitasnya.
(e) Kesesuaian dengan gaya belajar siswa. Kriteria ini didasarkan atas kondisi psikologis siswa, bahwa  siswa belajar dipengaruhi pula oleh gaya belajar siswa. De Potter (1999)  mengemukakan bahwa terdapat tiga gaya belajar siswa, yaitu tipe visual, auditorial, dan kinestetik.
(f) Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas, dan waktu yang tersedia. Bagaimanapun bagusnya sebuah media, apabila tidak didukung oleh fasilitas dan waktu yang tersedia, maka kurang efektif.
2) Kriteria Khusus Pemilihan Media
Beberapa ahli mengemukakan kriteria khusus pemilihan media, namun yang dikemukakan di sini adalah yang diambil dari akronim ACTION (Sidarta dan Winduono, 2009), yaitu acces, cost, technology, interactivity, organization, dan novelty.
Acces. Kemudahan akses menjadi kriteria pertama memilih media. Apakah media yang kita perlukan itu tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan oleh siswa? Hal ini juga terkait dengan aspek kebijakan, apakah siswa diijinkan mengaksesnya atau tidak. Cost. Media yang efektif tidak selalu mahal. Guru yang kreatif harus dapat memanfaatkan objek-objek sebagai media yang murah namun efektif. Technology. Media yang kita pilih harus tersedia teknologinya dan mudah menggunakannya. Misalnya ada listriknya, cukup voltasenya atau sesuai tidak dengan pembelajaran. Interactivity. Media yang baik adalah yang dapat menunculkan komunikasi dua arah atau interaksi. Organization. Media yang kita pilih apakah ada dukungan organisasi, misalnya pimpinan sekolah mendukung, bagaimana pengorganisasiannya, apakah ada pusat sumber belajar. Novelty. Kebaruan dari media harus jadi kriteria. Siswa biasanya tertarik pada hal yang baru misalnya internet.
Sudjana (1999) mengemukakan bahwa dalam pemilihan media pembelajaran harus dikaitkan dengan: (1) kompetensi dasar; (2) strategi pembelajaran; (3) sistem evaluasi yang digunakan. Sedangkan faktor yang perlu diperhatikan: 1) objektivitas; 2) program pengajaran; 3) sasaran program (siswa); 4) situasi dan kondisi; 5) kualitas teknis; 6) keefektifan dan efesiensi penggunaan. Kriteria pemilihan mencakup: 1).  Topik menarik minat siswa. 2).  Materi dalam media penting bagi siswa. 3).  Relevan dengan kurikulum yang berlaku. 4).  Apakah materinya autentik dan aktual. 5).  Apakah fakta atau konsepnya benar. 6).  Format sistematis dan logis. 7).  Objektif orientasi kebutuhan siswa. 8).  Narasi, gambar, efek, warna dan sebagainya memenuhi syarat. 9).  Bahasa, simbol dan ilustrasi cukup komunikatif. 10). Sudah teruji daya dukungnya.
c. Prosedur Pemilihan Media
Menurut Gagne dalam Trimo (2006) ada beberapa prosedur yang perlu dipertimbangkan oleh seorang guru dalam memilih media intruksional yang tepat:
1). Pilih dan tentukan tujuan intruksional dengan cermat dan rumuskan ia dalam bentuk prilaku yang diharapkan dari siswa.
2).  Susunlah urutan tujuan-tujuan itu sedemikian rupa sehingga komponen yang diperlukan dapat ditetapkan sebelum melangkah pada materi pelajaran yang lebih kompleks.
3).  Identifikasi setiap tujuan tadi dengan jenis materi pelajaran yang dipresentasikan.
4). Buatlah daftar urutan kegiatan pengajaran yang akan memcerminkan kondisi-kondisi umum yang diperlukan bagi metode pengajaran yang akan dijalankan.
5).  Identifikasi setiap kegiatan intruksional tadi dengan harkat stimulus yang diperlukan.
6).  Identifikasi dan tentukan secara tentatif media yang paling optimal dapat memberikan stimulus bagi usaha untuk mencapai hasil pengajaran yang efektif.
7). Tentukan urutan media yang telah dipilih itu serta waktu penggunaannya sehingga sesuai dengan jumlah jam pelajaran yang tersedia untuk penyajian materi pelajaran yang bersangkutan.
8). Tulislah spesifikasi media intruksional tersebut disertai irutan waktu pemakaiannya, sehingga para ahli media intruksional dapat memilih, menyiapkan dan mengadakan program penggunaannya sesuai dengan jadwal waktu pengajarannya
Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2002:11) ciri media pendidikan yang layak digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.      Fiksatif (fixative property)
      Media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa/objek.
2.      Manipulatif (manipulatif property)
      Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
3.      Distributif (distributive property)
      Memungkinkan berbagai objek ditransportasikan melalui suatu tampilan yang terintegrasi dan secara bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu.
3.2 Peranan Media Instruksional dalam Pencapaian Tujuan Pembelajaran
Menurut Kemp and Dayton (1985) peranan media instruksional dalam pembelajaran antara lain: (a). penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih tersandar. (b). Pembelajaran dapat lebih menarik. (c). Pembelajaran lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar. (d). Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek. (e). kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan. (g). Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan. (h). Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan. (i).  Peran guru berubah kearah yang positif.
Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi di antaranya (Sidharta dan Winduono, 2009) adalah: (a) memperjelas dan memperkaya/melengkapi informasi yang diberikan secara verbal. (b) meningkatkan motivasi dan perhatian siswa untuk belajar. (c) meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian informasi. (d) menambah variasi penyajian materi. (e) meningkatkan semangat, gairah, mencegah kebosanan siswa untuk belajar. (f) kemudahan materi untuk dicerna terhadap materi yang dipelajarinya. (g) memberikan pengalaman yang lebih konkrit bagi hal yang mungkin abstrak. (h) meningkatkan keingintahuan (curiousty) siswa. Dan (i) memberikan stimulus dan mendorong respon siswa.
Fungsi media, khususnya media visual dikemukakan oleh Levie dan Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa media tersebut memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, afektif, kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbol visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara verbal).
Sidharta dan Winduono (2009), juga mengemukakan tentang manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut (a) media pembelajaran dapat mengatasi berbagai keterbatasan yang dimiliki siswa; (b) dapat mengatasi perbedaan pengalaman siswa karena faktor perbedaan latar belakang ekonomi keluarga; (c) media pembelajaran dapat mengatasi ruang kelas; (d) dapat menampilkan obyek yang terlalu besar dengan menggunakan model, gambar, film (e) dapat menampilkan obyek yang terlalu kecil dengan menggunakan model, mikroskop, lup, komputer, gambar; (f) media dapat mengatasi gerakan yang terlalu lambat atau terlalu cepat dengan model slide atau animasi komputer; (g) media pembelajaran dapat mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dan rumit untuk diamati, seperti arus listrik, sistem aliran darah dengan menggunakan film, slide, komputer; (h) media pembelajaran dapat mengatasi hal-hal seperti peristiwa alam (gerhana, mekarnya bunga, dll) dengan menggunakan film, film slie, video, gambar, foto dan komputer; (i) media memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan dan masyarakat atau keadaan alamiah, dengan meninjau kebun binatang, taman nasional, pasar, koperasi, cagar alam dan sebagainya yang sesuai dengan materi pembelajaran; (j) media menghasilkan keseragaman pengamatan siswa terhadap sesuatu dengan menggunakan film, slide, dan mikroskop; (k) media dapat menanamkan konsep dasar yang konkrit dan realistis dengan menggunakan gambar, film dan model; (l) media dapat mengembangkan keinginan dan minat belajar yang baru serta membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar siswa.
Media pembelajaran merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Oleh karena itu dalam pemilihan media yang akan digunakan seorang pengajar harus memperlihatkan semua komponen perencanaan pembelajaran sebagai berikut (Sidharta dan Winduono 2009): (a) tujuan, media pembelajaran hendaknya sesuai dan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran; (b) materi pembelajaran, materi yang dipilih harus sesuai dengan materi/isi pembelajaran dalam arti relevan tidak out of date; (c) metode/pendekatan, pemilihan media pembelajaran perlu disesuaikan dengan metode/pendekatan pembelajaran yang dipilih; (d) evaluasi, media yang dipilih selain selain mengacu pada tujuan, terkait juga pada evaluasi yang digunakan; (e) siswa, pemilihan media perlu disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa.

BAB IV
KESIMPULAN

Sumber belajar pada dasarnya banyak sekali, baik yang terdapat di lingkungan kelas, sekolah, sekitar sekolah, bahkan di masyarakat, keluarga, di pasar, kota,desa, hutan dan sebagainya. Yang perlu dipahami dalam hal ini adalah masalah pemanfaatannya yang akan tergantung kepada kreativitas dan budaya mengajar guru.
Kata “media” berasal dari kata Latin, merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Pengertian media yang lain merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya.
Dalam pemilihan media, didasarkan pada dua alasan, yaitu: 1) alasan teoretis dan 2) alasan praktis. Dalam kriteria pemilihan media terbagi atas kriteria umum dan kriteria khusus. Kriteria umum di antaranya media harus mengandung kesesuaian dengan tujuan, materi, karakteristik siswa, teori, gaya belajar, dan lingkungan. Sedangkan  kriteria khusus pemilihan media diambil dari akronim ACTION, yaitu akronim dari acces, cost, technology, interactivity, organization, dan novelty.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Rohani. 1997. Media Intruksional Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.
Depdiknas. 2004. Pedoman Merancang Sumber Belajar. Jakarta.
DePorter, B dan Mike Hernacki. 1992. Quantum Learning: Unleashing The Genius in You. New York: Dell Publishing (terjemahan: Alwiyah Abdurahman. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa).
Heinich, R., Molenda, M., & Russel, J.D. 1993. Instructional Media and the New Technologies of Instruction, 4th ed. New York: Macmillan Publishing Company.
Kemp and Dayton (1985) Audio-visual materials; Audio-visual equipment. 5th edition. New York: Harper & Raw.
Sidharta, Arif dan Yamin Winduono. 2009. Media Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) untuk Program Bermutu. Jakarta.
Syaiful Bahri Djamarah,(1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Susilana. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Trimo, Soejono. 2006. Pengembangan Pendidikan. Bandung: Remaja Karya.
Yusuf, Pawit M. 2003. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi  Instruksional. Bandung: Rosdakarya.

1 comment:

  1. kunjungan gan.,.
    bagi" motivasi.,.
    Orang miskin bukanlah seseorang yang tidak mempunyai uang,
    tapi ia yang tidak memiliki sebuah mimpi.,
    di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,

    ReplyDelete